Senin, 10 Mei 2010

Mundurnya Sri Mulyani Belum Pengaruhi Optimisme Pelaku Bisnis

Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan mengatakan mundurnya Sri Mulyani Indrawati dari jabatan Menteri Keuangan hanya akan membawa dampak jangka pendek bagi tingkat optimisme pelaku bisnis di Indonesia. "Kalau disurvei sekarang memang ada shock di pasar, tapi itu hanya jangka pendek. Optimisme akan pulih kembali," kata Rusman di Jakarta, Senin (10/5).

Rusman mengatakan, ramainya pemberitaan di berbagai media massa mengenai mundurnya Sri Mulyani tidak bisa dipungkiri menyebabkan kenaikan pasar antara lain ditunjukkan oleh anjloknya saham dan melemahnya nilai rupiah. Menurut dia, faktor utamanya bukan mundurnya Sri Mulyani. "Hal itu lebih disebabkan krisis Yunani dan melemahnya nilai mata uang beberapa negara," katanya. "Jadi lebih karena faktor eksternal."

Berdasarkan pernyataan Badan Pusat Statistik, Senin ini, Indeks Tendensi Bisnis (ITB) Indonesia pada kuartal I-2010 mencapai 103,41 yang mengindikasikan peningkatan kondisi bisnis pada triwulan ini. Namun tingkat optimisme pelaku bisnis lebih rendah dari kuartal sebelumnya sebesar 108,45. Sementara Indeks Kuartal II-2010 diperkirakan meningkat hingga 107,62.

Pada saat survei tersebut dilakukan, Sri Mulyani belum menyatakan keputusannya mundur sebagai Menteri Keuangan. Rusman menegaskan, siapa pun nantinya pengganti Sri Mulyani yang ditunjuk SBY akan sangat menentukan pasar. "Apakah nantinya menteri yang baru pro rakyat atau pro pasar, itu akan sangat menentukan," ujarnya.

sumber :http://id.news.yahoo.com/tmpo/20100510/tbs-mundurnya-sri-mulyani-belum-pengaruh-25f80c9.html

Sabtu, 24 April 2010

Pasar Modal Indonesia

Sebenarnya pasar modal di Indonesia telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka, yakni sejak tahun 1912. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman.
Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Indonesia sempat memiliki beberapa bursa efek seperti Bursa Efek Semarang, Bursa Efek Surabaya, dan Bursa Efek Jakarta. Akan tetapi kini Indonesia hanya memiliki satu pasar modal yakni Indonesia Stock Exchange ( BEI). Untuk lebih jelasnya, berikut sejarah singkat perkembangan pasar modal di Indonesia.
  • 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.
  • 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
  • 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
  • Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.
  • 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
  • 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)
  • 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.
  • 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
  • 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
  • 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
  • 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
  • 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.
  • 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
  • Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
  • 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
  • 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
  • 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
  • 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.
  • 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
  • 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
  • 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).
  • 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sekilas Tentang Pasar Modal

Dalam pasar modal diperjualbelikan berbagai instrumen keuangan jangka panjang seperti surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif dan instrumen lainnya. Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), serta sebagai sarana kegiatan berinvestasi.

Peranan Keberadaan Pasar Modal
Menurut Bursa Efek Indonesia, pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu
sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain,menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain.Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrument.

JP Morgan Chase, Perusahaan Terbaik Dunia Tahun 2010

itus bisnis terkemuka, Forbes, pada hari ini (22/4) berhasil merilis hasil survey tahunan mengenai performa 2000 perusahaan terbaik dunia. Survey rutin yang dilakukan oleh Forbes ini merupakan cerminan dari performa perusahaan-perusahaan terbaik dunia yang telah menghasilkan prestasi berdasarkan penilai dari segi penambahan aset, profit dan keuntungan dalam 1 tahun terakhir. Ke-2000 perusahaan tersebut terdiri dari banyak sektor bisnis dan juga lintas negara, dengan mayoritas perusahaan merupakan perusahaan yang berbasis di wilayah AS, Eropa maupun Asia seperti China dan Jepang.

Dari ke-2000 perusahaan tersebut tercatat telah menghasilkan total pendapatan sebesar 30 triliun dollar dengan 1,4 triliun dollar profit dan 124 triliun aset. Nilai-nilai tersebut jika digabungkan telah mengalami peningkatan sebesar 61% dibandingkan hasil survey yang dihasilkan pada tahun lalu. Sebuah kondisi yang cukup logis mengingat perekonomian global saat ini telah menuju ke arah pemulihan.

JP Morgan Chase, Perusahaan Terbaik Dunia

Di posisi pertama sebagai perusahaan terbaik dari 2000 perusahaan yang telah diambil survey oleh Forbes ialah JP Morgan Chace. Perusahaan perbankan tersebut telah membuktikan bahwa sektor perbankan dapat segera banngkit dari lubang keterpurukan sejak dihantam krisis tahun 2008 yang lalu. Prestasi yang dibukukan oleh JP Morgan tersebut dinilai signifikan mengingat pada survey tahun lalu perusahaan yang didirikan lebih dari 2 abad lalu berada pada posisi ke 16. Kini perusahaan tersebut telah bangkit dan menghasilkan perolehan pendapatan dan profit tertinggi di sektor perbankan dunia. JP Morgan dalam setahun terakhir tercatat telah mengalami perolehan pendapatan sebesar 115,63 miliar dollar dengan profit sebesar 11,65 miliar dollar.

Posisi kedua masih diduduki oleh perusahaan asal AS, General Electric, perusahaan besar yang telah beroperasi selama satu abad terakhir kian menunjukan performa yang baik. Upaya pemerintah AS untuk memberikan bantuan finansial kepada perusahaan ini di tahun lalu rupanya memberikan dampak yang baik bagi perusahaan kebanggan AS ini. Dengan cakupan bisnis yang luas dan juga besarnya jumlah tenaga kerja yang dimiliki membuat pemerintah AS untuk patut menyelamatkan perusahaan ini dari ambang kebangkrutan yang dulu sempat dikhawatirkan.

Sektor perbankan rupanya menguasai 10 besar dalam survey yang dilakukan oleh Forbes. Hal tersebut ditunjukan oleh di posisi ke 3 yang ditempati oleh Bank of America. Kondisi yang terjadi pada BoA hampir sama dengan apa yang terjadi pada General Electric. Bank yang sempat terancam bangkrut ini pun menerima bantuan bail out dari pihak pemerintah AS. Alhasil performa bank dengan aset terbesar di AS ini pun telah kembali menjadi bank dengan performa terbaik. Profit yang diterima oleh BoA dalam setahun terakhir mencapai 6,28 miliar dollar.

Di posisi 5, tak kalah dengan bank-bank yang ada di AS, ICBC pun turut menyodok ke posisi 10 besar. Bank asal China memperlihatkan bahwa kondisi perbankan China harusnya tidak lagi dianggap enteng. Dengan pengalaman yang baik akibat kecilnya dampak dari krisis ekonomi global 2 tahun lalu, performa ICBC semakin menunjukan perkembangan. Dengan pendapatan setahun terakhir yang mencapai 71,86 miliar dollar, ICBC memperoleh profit sebesar 16,27 miliar dollar.

Lalu bagaimana dengan perusahaan-perusahaan asal Indonesia ? Forbes mencatat 2 nama ternama yaitu Bank Mandiri dan Bank BCA yang kedua kompak berada di urutan ke 796. Meski masuk di urutan 700-an namun kiprah kedua perusahaan tersebut telah memberikan hasil yang positif bagi perekonomian Indonesia.


Sumber:
Joko Prayitno. vibiznews-business

Kamis, 28 Januari 2010

IHSG Kembali Tembus 2.600

Thursday, 28 January 2010
JAKARTA (SI) – Indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali berada di level 2.600 setelah melemah sejak pekan lalu. Kendati demikian,investor asing masih melakukan aksi jual saham.

IHSG kemarin ditutup naik 55,011 poin (2,15%) ke 2.619,56 seiring dengan penguatan (rebound) di bursa global.Kenaikan dipicu oleh sentimen positif dari kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang mempertahankan suku bunganya serta pidato Presiden Barack Obama untuk mendukung sektor usaha kecil menengah (UKM) dan menciptakan lapangan kerja.

Sentimen ini mengalahkan kekhawatiran terhadap demo 100 hari pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) jilid II. “Sentimen regional dan global masih menjadi pengaruh utama IHSG. Demo tidak terlalu berpengaruh, apalagi demo tersebut berjalan relatif aman,” ujar Kepala Riset Paramitra Alfa Securities Pardomuan Sihombing kepada harian Seputar Indonesia (SI) kemarin.

Dia menambahkan, demo tersebut baru berdampak pada pasar jika terjadi tindak anarkisme yang bisa mengganggu stabilitas politik dan ekonomi. “Meski sempat terjadi kericuhan di beberapa daerah, tapi itu tidak mengkhawatirkan,” tukasnya. Meski begitu, tidak bisa dimungkiri bahwa investor kemarin cukup berhati-hati.Ini terlihat dari sepinya perdagangan. Berdasarkan data Bursa efek Indonesia (BEI), volume transaksi hanya 4,697 miliar saham senilai Rp3,756 triliun.

“Investor memang wait and see, tapi itu lebih karena mencermati perkembangan global,” kata Pardomuan. Analis Bali Securities Ketut Tribayuna juga menilai kebijakan The Fed (Bank Sentral AS) serta pidato Obama membuat arah IHSG berbalik naik setelah terus tenggelam sejak akhir pekan lalu. Penguatan IHSG bahkan diperkirakan berlanjut. “Itu memberi kepercayaan investor kepada konsumen bahwa potensi ke depan akan membaik.

Apalagi sahamsaham unggulan dalam beberapa hari ini telah terperosok,”ujarnya. Menurut dia, pelaku pasar mulai kembali mengakumulasi sejumlah saham seiring sentimen positif tersebut.Namun,investor juga masih berhati-hati dan mencermati perkembangan yang terjadi. Termasuk sentimen dari dalam negeri terkait evaluasi program 100 hari pemerintah dan pengumuman hasil pemeriksaan Pansus DPR terhadap kasus Bank Century.

Kepala Ekonom Danareksa Research Intitute Purbaya Yudi Sadewa mengatakan, Indonesia merupakan pasar yang prospektif. Selama pemerintah mampu menjaga pertumbuhan ekonomi yang ada, dana asing masih akan mengalir ke Indonesia. Sebab, besarnya likuiditas di pasar global membutuhkan sasaran investasi yang memberikan imbal hasil tinggi. “Selama kita bisa menjaga fiskal dan moneter baik,kita masih akan menjadi tujuan bagi dana asing.

Sebab, pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 2016 dalam posisi yang sangat baik,” terangnya. Investor asing dalam beberapa hari ini memang lebih banyak melepas ketimbang membeli saham. Sejak akhir pekan lalu, transaksi investor asing di bursa membukukan jual bersih (net sell) lebih dari Rp2 triliun. Bahkan kemarin transaksi asing tercatat minus Rp77 miliar.

“Dalam situasi pasar saham yang kurang kondusif, investor asing akan mengalihkan (dananya) pada investasi lain yang relatif lebih kuat seperti pasar uang. Itu yang terjadi. Banyak dana asing yang kemudian diinvestasikan ke dolar AS,” ujar analis pasar modal Felix Sindhunata.

Felix meyakini, begitu sentimen pasar mulai mengarah positif, dana asing akan kembali membanjiri pasar modal. “Kemarin saham kita sudah naik cukup tinggi sehingga asing mengambil kesempatan untuk profit taking (ambil untung).Tapi,dengan koreksi yang sudah begitu dalam, investor akan kembali masuk,”pungkasnya. (juni triyanto)

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/300911/